...
begitulah air hujan tadi menghanyutkan sampah cintaku yang (telah) kalah, sebab betapapun peluh tadi belum terbayarkan oleh sisa-sisa airmata yang dahulu mengkerdilkan semangatku,
perih isak nafasku, bahkan kadung dengan peduli menghunuskan kerinduan ini tepat dijantung kamarku ...
...
dengan apa instrumentalia emosi ini kusenandungkan? dengan logika yang pernah menodai sakralnya cinta? atau dengan opsi-opsi bodoh yang pernah (juga) tanpa berdosanya menertawai segenap ritual mimpi? sejenak suaraku tersesat dihutan manusia.
...
kunikahi hujan separuh malam tadi, ketika diperaduannya aku (yang sebenarnya) menghilang, hilang dititik pesonanya yang menghembuskan aroma wangi kerinduan dibalik bilik kenangan, dengan alasannya untuk menghujam juga separuh jiwaku, sebab itu juga airmataku membatu.
...
yagh ...
pantaslah aku yang bahagia, dan kenanglah aku dengan senyum dan tawa sebagai penawar perih yang kusembunyikan rapih di belakang helai-helai lelahku, dan akupun sudah biarkan, lama kubiarkan didewasakan hingga nanti mampu kuletakkan rembulan diatas puisi-puisiku.
...
inilah kebahagiaan yang bukan milikku ...
begitulah air hujan tadi menghanyutkan sampah cintaku yang (telah) kalah, sebab betapapun peluh tadi belum terbayarkan oleh sisa-sisa airmata yang dahulu mengkerdilkan semangatku,
perih isak nafasku, bahkan kadung dengan peduli menghunuskan kerinduan ini tepat dijantung kamarku ...
...
dengan apa instrumentalia emosi ini kusenandungkan? dengan logika yang pernah menodai sakralnya cinta? atau dengan opsi-opsi bodoh yang pernah (juga) tanpa berdosanya menertawai segenap ritual mimpi? sejenak suaraku tersesat dihutan manusia.
...
kunikahi hujan separuh malam tadi, ketika diperaduannya aku (yang sebenarnya) menghilang, hilang dititik pesonanya yang menghembuskan aroma wangi kerinduan dibalik bilik kenangan, dengan alasannya untuk menghujam juga separuh jiwaku, sebab itu juga airmataku membatu.
...
yagh ...
pantaslah aku yang bahagia, dan kenanglah aku dengan senyum dan tawa sebagai penawar perih yang kusembunyikan rapih di belakang helai-helai lelahku, dan akupun sudah biarkan, lama kubiarkan didewasakan hingga nanti mampu kuletakkan rembulan diatas puisi-puisiku.
...
inilah kebahagiaan yang bukan milikku ...
0 komentar:
Post a Comment