Hai.. selamat datang di blog Saya. Ini hanya tempat saya cerita, berolahraga jari, sarana berlatih menulis, dan menyebarkan energi yang didapatkan dari setiap 'Matahari' yang saya temui setiap hari. Terima kasih sudah mampir ya.. =) Salam, Jefrin Goeltome
Get Gifs at CodemySpace.com
Photobucket

Musik Galery

Surat Untuk Cintaku

0 komentar
TwitThis
Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.



Salam wahai engkau yang melumpuhkan hatiku
Tak terasa dua tahun aku memendam rasa itu, rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal walau perlu usaha untuk mencapainya.
Takukah engkau wahai yang mampu melumpuhkan hatiku? Entah mengapa aku dengan mudah berkata “cinta” kepada mereka yang tak kucintai namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Dan aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti.
Sakit hatiku memang saat prasangkaku berbicara bahwa engkau mencintai dia dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah.
Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku, andai aku boleh berdoa kepada Tuhan, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama itu yang membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini. Andai aku buta, tentu itu lebih baik daripada harus kembali lumpuh seperti ini.
Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangku tentangmu tentang dia karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan,mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa prasangmu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pejantan tangguh yang siap untuk segera menikah denganmu. Masih banyak sisi lain hidup ini yang harus ku kelola dan kutata kembali. Juga kamu wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kamu yang dengan halus menolak diriku menurut prasangkaku dengan alasan belum saatnya memikirkan itu. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, juga aku tidak ingin BERPACARAN denganmu.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin saat ini hatiku milikmu, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada BIDADARI-ku. Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tolong bantu aku untuk meraih bidadari-ku bila dia bukanmu.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu, tentu aku telah meminangmu bukan sebagai istriku namun sebagai kekasihku. Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.
Aku yang tidak mengerti diriku…
Ingin ku meminta kepadamu, sudikah engkau menungguku hingga aku siap dengan tegak meminangmu dan kau pun siap dengan pinanganku?! Namun wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu… aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka yang lain.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, ijinkan aku menutup surat ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir antara kita. Mungkin nanti saat dimana mungkin kau telah menimang cucu-mu dan aku juga demikian, mungkin kita akan saling tersenyum bersama mengingat kisah kita yang tragis ini. Atau mungkin saat kita ditakdirkan untuk merajut jalan menuju keindahan sebahagian dari iman, kita akan tersenyum bersama betapa akhirnya kita berbuka setelah menahan perih rindu yang begitu mengguncang.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mintalah kepada Tuhan-mu, Tuhan-ku, dan Tuhan semua manusia akhir yang terbaik terhadap kisah kita. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.
Wahai engkau yang sekarang kucintai, semoga hal yang terjadi ini bukanlah sebuah DOSA.
Salam dariku ....

Petuah Cinta

0 komentar
TwitThis

Berikut ini saya tuliskan beberapa kalimat petuah cinta yg saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya yakin pasti diantara kalian ada yg sedang membutuhkan kalimat-kalimat berikut, silakan disimak baik-baik.






Mungkin akan tiba saatnya kamu akan berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan kita menyadari bahwa memang orang itu akan lebih berbahagia apabila kita rela melepaskannya. Namun, bila kamu benar-benar mencintainya, jangan pernah sekalipun melepaskannya. Bila dia tidak membalasmu, barangkali dia tengah ragu dan mencari. Jangan percaya bahwa melepaskan berarti kamu benar-benar mencintai tanpa suatu balasan, mengapa tidak berjuang demi CINTAmu? Mungkin itulah CINTA sejatimu.

Sebab kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tidak pernah menyatakan CINTA padamu karena takut kamu berpaling dan memberi jarak. Dan bila suatu saat dia pergi, maka kamu akan menyadari bahwa dia adalah CINTA yang tak pernah kamu sadari. Mengapa kamu tidak mengungkapkan CINTAmu bila kamu memang mencintainya, meski kamupun tak tahu apakah CINTA itu ada juga padanya?

Persahabatan itu suatu hal yang mengesankan dan harus dipertahankan jika memang sudah sepadan. Seperti kata-kata berikut: CINTA tidak akan pernah begitu indah, jika tanpa persahabatan, yang satu selalu menjadi penyebab yang lain, dan prosesnya adalah tidak dapat diubah. Seorang peCINTA yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.

Jika kamu mencintai seseorang, janganlah kamu berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu di antara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang. Begitu juga dengan CINTA : kamu akan mencari dan yang lain akan menanti. Jangan pernah takut untuk jatuh CINTA. Awal-awal mungkin akan terasa sedikit menyakitkan, dan mungkin akan meyebabkan kamu kecewa dan menderita. Tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, maka pada akhirnya kamu akan menangis, jauh lebih perih, karena saat itu kamu akan menyadari bahwa kamu tidak pernah memberinya lebih.

CINTA itu membuat jalan. CINTA itu bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja. Tapi tidak dengan CINTA. CINTA tidak harus berakhir bahagia, karena CINTA memang tak akan pernah berakhir. CINTA sejati dapat mendengar apa yang tidak dikatakan, dan memberi apa yang tidak dijelaskan. Sebab CINTA tidak datang dari bibir dan lidah ataupun pikiran, melainkan dari hati.
Ketika kamu menCINTAi, dan kamu menganggab apapun sebagai imbalan, itu artinya kamu bukan menCINTAI, melainkan investasi. Jika kamu menCINTAi, maka kamu harus siap menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharapkan kebahagiaan, itu berarti kamu bukan menCINTAI, melainkan memanfaatkan.

Satu lagi. Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu CINTAi, daripada harus kehilangan seseorang yang kamu CINTAi hanya karena egomu yang tak berguna itu. Ingat…! Jangan menCINTAi seseorang seperti bunga, karena bunga akan mati di kala musim berganti, tapi CINTAilah mereka seperti sungai, sebab sungai itu mengalir selamanya.

Terakhir yang perlu kamu ingat, CINTA mungkin akan meninggalkan hatimu bagai kepingan-kepingan kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu bahwa ada seseorang yang bersedia untuk menambal lukamu itu dengan mengumpulkan kepingan-kepingan pecahan kaca itu, sehingga kamu akan menjadi utuh kembali.

Menderita karena Cinta yang Egois

0 komentar
TwitThis
“ Cinta “ memang egois, namun “ cinta yang egois “ karena untuk memenuhi ambisi diri, adalah sangat menjerumuskan dan menghancurkan orang yang dicintai à Kelanjutan dari “ Manipulasi cinta (1) dan (2) dipandang dari sudut yang di cinta-i.

Sepasang muda-mudi yang sedang menjalani masa pacaran selama bertahun-tahun, karena orang tua pria begitu egois terhadap anaknya, maka pacarnya selalu diatur menurut kehendaknya. Pada suatau hari pacarnya memutuskan hubungan karena tidak tahan dengan cara ibunya mengatur dirinya. Setelah putus anaknya mulai tertekan, mau berontak terhadap ibunya, tidak berdaya karena yang didengar selalu demi kebaikan anaknya. Berontak ditunjukan dengan sikap berdiam diri dirumah. Sikap ini juga menjadi omelan, karena kuatir anaknya stress tidak ada pacar. Begitu anaknya keluar begaul dengan cewek lain, menjadi masalah lagi karena dikatakan cewek barunya itu memiliki keluarga yang kurang baik, dikuatirkan hanya menginginkan harta kekayaan –nya. Tekanan jiwa pada anak tidak dirasakan oleh ibunya, hanya menekankan demi cinta anak terus menerus. Sampai terakhir ceritanya, anak ini akan memilih sikap seperti orang tidak waras, supaya orang tuanya memahami betapa besar jiwanya tertekan.
Cerita lain lagi yaitu seorang muda mudi, berpacaran juga sudah bertahun-tahun, karena ayahnya tidak bisa menerima dengan alasan beda suku, maka pertentangan ini makin lama makin runcing. Pada satu hari ayahnya cerita pada saya, untuk mencari kebenaran. Ia bercerita tentang putrinya yang berpacaran dengan seorang pria beda suku. Ceritanya menurut dia bahwa pria itu cukup baik, sopan sekali. Namun karena beda suku, ia merasa itu suatu yang sulit diterima. Bahkan dia mengancam tidak akan mengakui putrinya jika itu dilakukan terus. Dirasakan sangat memalukan, putrinya disuruh memilih papa atau pacarnya. Ia mengatakan kecuali papamu meninggal, semua terserah kamu ! Namun selama masih hidup, jawabannya adalah tidak ! – Putrinya yang malang, karena tidak berani melawan kehendak papanya, ia hanya mengatakan ok, dia tidak akan menikah selamanya, demi taat akan orang tua. Diapun tidak memutuskan hubungan dengan pria yang dicintai, terus berjalan sebagai teman baik – Orang tuanya ( papanya ini teman baik saya ) bertanya bagaimana pendapat saya ? Saya tidak ragu-ragu mengatakan bahwa anda sangat “ Egois “, anda hanya karena malu dikatakan orang nantinya, hanya karena dikeluarga besarmu tidak ada yang nikah campuran, sulit diterima dan memalukan. Namun anda telah menjual kebahagiaan putrimu. Anda telah menyiksa hidupnya sepanjang masa ! “. Teman saya ini berdiam, tidak menjawab apa yang saya katakan. Karena “cinta egois” nya begitu tinggi, pendiriannya masih tetap tidak bisa menerima putrinya menikah dengan suku lain!
Seorang sarjana dengan lulusan IP-4, sehari-harinya tinggal dirumah dengan kadang tertawa sendiri. Mengapa bisa terjadi demikian ? Menurut cerita orang tuanya, ia saat sekolah mulai sejak Sd hingga universitas, selalu diperhatikan dan diawasi oleh orang tuanya dengan ketat, berbagai upaya dilakukan, diberi pelajaran tambahan demi memenuhi selera orang tuanya supaya menjadi orang yang didambakan dan yang bisa membanggakan keluarga. Dari sejak SD hingga Universitas selalu menjaid bintang kelas. Orang tua nya sangat bangga. Menurut orang tuanya anaknya itu penurut, tidak pernah berontak terhadap apa yang diinginkan orang tuanya. Apapun itu semua akan diterima baik – Pernah sekali ia ada mengajukan permintaan memilih jurusan yang disukai, namun ditolak mentah-mentah, dengan mengatakan bahwa ia tidak boleh memilih itu, semua yang telah dipersiapkan adalah demi kebaikan dan kebahagiaannya ! – Perkataan ini tersimpan didalam hatinya sepanjang hidup, hidupnya sekarang benar-benar memenuhi keinginan orang tuanya, demi ketaatan pada orang tua.
Sepasang suami istri yang telah cerai, anak laki-lakinya mengikuti ibunya karena ingin selalu mendapatkan perhatian dari mantan suaminya, maka anaknya menjadi sasaran kemarahan, setiap hari dipukul dan disiksa, sehingga sekujur tubuh luka memar, Anak ini setiap hari sekolah dengan kondisi yang sangat lemah, didalam kelas selalu tidur. Satu hari gurunya megetahui bahwa tubuhya penuh luka, kepala disekitar rambut juga luka. Kemudian ditanya gurunya, ia langsung menjawab bahwa dirinya kecelakaan, berualang-ulang dengan kejadian serupa, namun tetap dijwab kecelakaan diri. Oleh gurunya dipanggil ibunya untuk menghadap namun tidak pernah mau hadir. Kerumah dikunjungi juga tidak mau menerima. akhirnya pergi mencari mantan suaminya. Dari situ diketahui bahwa apa yang dilakukan ibunya terhadap anaknya, hanya semata-mata ingin supaya ada perhatian dari mantan suaminya terhadap diri maupun anaknya kembali. Sebagai pemeras supaya mantan suaminya mau menghidupi kembali diri dan anaknya – Betapa hendak menjerit namun tidak bsia, karena anak harus menahan sakit demi ibunya, tidak ingin diketahui gurunya, hanya mau melindungi mamanya yang memiliki cinta yang hanya mementingkan diri sendiri.
Seorang ibu rumhatangga, selalu datang kesekolah memaki-maki gurunya, jika anaknya dapat nilai dibawah 8, ia selalu menuntut supaya anaknya harus dapat nilai 9 atau 10. Kejadian ini sampai diketahui semua orang tua lainnya yang sudah biasa antar jemput anak-anaknya. Tidak segan-segan ia menuntut gurunya untuk memberi pelajaran tambahan, dan ulangan susulan dengan berbagai ancaman. Anaknya sendiri merasakan bahwa ibunya menuntut terlalu berlebihan, sehingga sering dikucilkan oleh teman-teman sendiri dan menjadi bahan gossip orang tua lainnya – Apa sebenarnya yang dikehendaki ibunya ? Apakah hanya karena ingin anaknya menjadi yang terhebat ? Kemudian tidak lagi memikirkan perkembangan jiwa anaknya ? Perasaan terpendam yang sulit untuk dilawan karena tidak berdaya ?
Cerita lain, seorang anak yang memiliki talenta bermain Piano sejak usia dua tahun, melihat bakat ini orang tuanya mulai memaksakan kehendak pada anaknya dengan mencarikan guru les terhebat dengan maksud supaya kelak menjadi pianis yang piawai dan terkenal – Apa yang menjadi keinginan hati, diperoleh sebaliknya, anak itu sangat membenci piano, begitu dipaksakan bermain , dan berlatih sesuai tuntutan guru dan orang tua, anak ini berubah menjadi benci dengan alat music piano. Pianonya dipukul dirusak karena hanya menyiksa jiwanya.
Kita maish ingat akan peristiwa mahasiswa, juara olimpiade di Universitas Nanyang Singapore, terlepas dari benar atau salahnya pengadilan, telah diutuskan bahwa mahasiswa itu karena depressi, melakukan pencobaan pembunuhan terhadap dosen pembimbing. Salah satu sebab bisa terjadi karena anak tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan. Tekanan-tekanan yang datang tidak pernah dialami semasa disamping orang tuanya. Begitu hidup sendiri, jiwanya tergoncang.
Masih banyak contoh-contoh korban “ Cinta Egois “, yang kasusnya berbeda namun intinya sama yaitu korban cinta egois dari orang tua. Berapa banyak anak-anak kehilangan masa kekanak-kanakannya. Berapa banyak anak-anak muda yang jiwanya tertekan, hanya karena ingin memenuhi keserakahan orang tuanya. Berapa banyak mereka harus berkorban sepanjang hidupnya karena memenuhi keinginan orang tuanya à Tahukah anda, mereka tidak berdaya, mereka tidak berani berontak, hanya karena mencintai orang tuanya yang hanya memberi cinta egois pada dirinya. Betapa banyaknya anak-anak dimasa liburan, diajak tamasya, seolah-olah semua itu baik , namun kemanapun sianak pergi, buku pelajran tidak pernah ditinggal, pekerjaan rumah yang menumpuk harus dikerjakan terlebih dulu barulah ia diperbolehkan bermain. Ditambah ancamana, jika belum selesai, kamu tidak boleh ikut ini ikut itu dll. Kelihatannya memang bagus untuk anak mendisiplinkan anak. Namun dibalik itu semua itu hanya kepentingan ambisi dan egois orang tua dalam meraih tujuannya melalui anaknya yang dicintai itu – Dibalik itu tahukah para orang tua, bahwa tekanan yang terjadi pada anak ? Kemungkinan ini bisa ditanya pada pembantu rumah tangganya , ataupun siapa saja yang diminta untuk menjaga anaknya – Karena anak takut dan patuh akan perintah orang tua, mereka hanya bisa senang bebas, saat orang tua tidak dirumah, begitu mendengar suara mobil atau ketukan pintu pada jam-jam tertentu, mereka akan berlarian semburat, untuk menunjukan sikap patuh, duduk manis dengan pelajarannnya dimeja –
Ada teman saya dulu, menjadi idola para orang tua, ia sangat sopan dan santun, semua memuji orang tuanya pandai mendidik anak. Hanya sebagai teman dekat kita kenal dia yang sebenarnya sangat berbeda, dirumah ia sebagai anak manis dihadapan orang tuanya, tetapi diluar ia seorang penipu ulung. Satu saat ia menjadi buron polisi, orang tuanya terpukul, dan sangat tidak pecaya bahwa anaknya berbuat seburuk itu, karena malunya, hingga tidak mau lagi mengaku anaknya sendiri.
Baikah itu semua ? kelihatannya baik untuk para orang tua yang demikian, namun dengan tidak merasa Anda telah menjerumuskan anak-anak itu belajar tidak jujur, tertutup dan penuh kerahasiaan dalam diri anak.
Apa sebenarnya arti cinta bagi anak-anak yang menderita semacam ini, tekanan jiwa yang harus diterima karena tidak berdaya, bahkan hanya mempertahankan nama baik, martabat keluarga dan harga diri orang tuanya. Menerima pasangan yang bukan kehendaknya, melainkan pilihan orang tua, karena calon itu ada kedudukan, kaya yang mungkin bermanfaat bagi dirinya. Bahkan ada orang tua yang hanya karena mau mendapatkan uang untuk membayar hutang, rela anaknya dijual kepada orang kaya yang sudah beristri.
Betapa kasihannya mereka, jika sudah masuk dalam rumah sakit jiwa, mental terganggu ? Siapa peduli ? Penyesalan juga sudah terlambat ! – Jika ini belum terjadi, apakah Anda juga senang dengan Anak anda yang angkuh, congkak, sulit bergaul tidak punya teman, karena akibat didikan Anda yang egois terhadap cinta ? Apakah anda juga ingin menurunkan sikap Anda pada anak -istri dan cucunya kelak ? – Kita jangan mudah menyalahkan pendidikan sekolah bertanggungjawab pada anak didiknya, Namun yang lebih berpengaruh sebenarnya didikan keluarga, Jika ini dilakukan dengan benar, niscaya anak-anak itu akan bertumbuh dengan baik, bertumbuh dengan mampu bertahan dalam kehidupan yang selalu berubah. Keseimbangan seutuhnya dalam intelektual harus diimbangi pekembangan emosi dan religious yang aplikatif.
Jauhkanlah didikan yang mengarah pada cinta yang egois, melainkan cintailah anak-anak anda dengan cinta yang membangun secara menyeluruh, baik itu intelektual, kepribadian dan rohani-nya. Hanya dengan didikan yang baik, anak itu tidak akan berubah hingga hari tuanya. Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia, dari pada anak yang mampu menjadi terang dan garam dunia dimanapun ia berada, menjadi orang yang bisa membawa berkat pada orang lain.
Semoga bermanfaat bagi orang tua yang masih memiliki anak-anak balita, karena salah selangkah saja, akan menjadi penyesalan yang tidak berkesudahan !

Silahkan Tnggalkan Komentar Anda

 

Tentang saya

Easy Blog Trick

Twitter Blog Templates © Copyright by Catatan Bang Goeltom | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks