Hai.. selamat datang di blog Saya. Ini hanya tempat saya cerita, berolahraga jari, sarana berlatih menulis, dan menyebarkan energi yang didapatkan dari setiap 'Matahari' yang saya temui setiap hari. Terima kasih sudah mampir ya.. =) Salam, Jefrin Goeltome
Get Gifs at CodemySpace.com
Photobucket

Musik Galery

Adakah ……yang akan mendoakan kita ?

0 komentar
TwitThis
Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di Rumah Sakit di ruang ICU. Disaat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, “kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!
“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang … ” kata si pengusaha ini dengan yakinnya.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “apakah besok pagi aku sudah pulih? pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”.
Dengan lembut si Malaikat berkata, “anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktu mu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu”.
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layer besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka”.
Kata Malaikat, “aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu” Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, ” Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.” dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat”.
Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat ! tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang ! Dengan setengah bergumam dia bertanya, “apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”
Jawab si Malaikat, ” ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”.
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, “anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00″. Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.
Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.
Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat seorang sahabat lama / keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.
Di saat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi. Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain… sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Bacalah Saat Kau Sakit Hati

0 komentar
TwitThis
Masih banyak yang belum kau lalui, jangan anggap pencarianmu telah selesai, apalagi menganggap bahwa apa yang kau temukan sekarang adalah kesempurnaan hidupmu. Biarkan saja hidupmu menggelinding seperti bola salju yang akan semakin membesar. Kau merasakan seperti sekarang ini hanya sebagai agar kau tak menyesal telah berpikir begitu sempit.
Dan sebuah kepingan kenangan masa lalu kelak akan menjadi keping-keping emas yang berharga. Sangat berharga sampai kau enggan menceritakannya kepada anak cucumu. “Terlalu berharga..” Alasanmu kepada mereka. Padahal kau terlalu takut jika nanti anak cucumu menyimpulkan bahwa leluhurnya dulu seorang pengecut yang posesif dan picik.
Jangan, jangan sesali warna hidupmu yang nanti pasti akan memudar, dan akan meninggalkan dua warna sejati. Sebuah warna yang sama sekali tidak mengenakkan dipandang sebagai keindahan. Tapi begitulah kebenaran, kebenaran sering berada pada nuansa yang membosankan. Kau bahkan akan lebih menyesal jika hidupmu lurus tanpa tantangan, tanpa penanda kepada generasi bahwa kau pernah ada. Terjalan batu-batu lah yang akan menentukan kualitasmu sebagai manusia. Sepi dan hambar adalah dua rasa yang sama-sama datang dari ketakutan atas fluktuasi. Dua rasa yang sama-sama menjadi obat yang kadaluwarsa.
Lantas kau menjejalkan pada dirimu tentang rupa-rupa sakit hati yang pernah kau alami, seperti ingin membuktikan bahwa hidupmu sudah cukup berwarna. Bahkan terlalu berwarna hingga seluruh hidupmu menjadi pekat, sebab warna yang menghiasi hidupmu sudah bercampur menjadi satu akibat larut oleh air matamu yang terlalu sering keluar.
Tak tahukah kau? Kau terlalu cengeng, menganggap kisah-kisah sedih yang kau alami harus ditangisi, hingga hidupmu tak lagi lembab, bahkan becek oleh air mata yang tak perlu. Sesekali kita memang perlu menangis, tapi bukan tangisan sepertimu yang aku maksud. Tangis itu tangis haru atas perjuangan hidupmu yang telah sampai saat itu. Tangis itu adalah tangis buat sekadar istirahat dan berhenti sejenak, merancang rencana dan menilai langkah-langkah masa lalu untuk kau jadikan bekal bagi hidupmu selanjutnya. Hidup tak selalu bergerak maju, terkadang kita juga perlu mundur beberapa langkah untuk sebuah loncatan besar.
Cinta? Kau masih tega bicara tentang cinta? Pada situasi seperti ini sangat memalukan bicara tentang cinta. Cinta akan datang sendiri tanpa dibicarakan, cinta akan datang pada saatnya nanti. Jika masih merasa sebagai bagian dari manusia, tengoklah saudara semanusiamu dulu, adakah yang tengah melambai-lambai dan menengadahkan tangan? Jangan pura-pura tidak tahu, kau cukup tahu untuk mengetahui keadaan mereka, kau manusia yang diberi Tuhan sebuah kecerdasan yang melebihi saudara-saudara yang lain.
Nyatakan cintamu pada manusia-manusia tidak dengan cara yang cengeng seperti sebelumnya, nyatakan dengan sikap terbaikmu. Bukan dengan bunga, sebaris puisi, atau berlembar-lembar mantra pengasihan. Dengan kecerdasanmu, tentu kau sudah tahu maksudku.
Boleh saja mereka mengatakan bahwa kata adalah senjata, tapi bicara saja tak akan cukup menolong. Memang, pada awalnya kata-kata cukup menghibur dan membius. Tapi akan sangat membosankan jika kata-kata yang sama terus menerus kau dengar, sama dan tanpa nyawa.
Kau! Menunggu tidak akan menghasilkan apa-apa…!!

Kisah Sedih Untuk Renungan Bersama

0 komentar
TwitThis

Maafkan Abang Sayang..
Remuk hati seorang isteri dikala suami yang selama 10 tahun menjadi cinta agung dalam hidupnya akhirnya mengakui akan hubungan terlarang yang kini menjadi alunan hidupnya.
Sungguh tidak kuduga inikah balasan yang kuterima atas setiap bibit cintaku padamu suami? Perlahan-lahan kuusap airmata yang mengalir. Kehangatan air mataku meneyelinap ke dalam diri. Sayang kasihmu abang sudah tidak sehangat ini. Perlahan suamiku melangkah keluar dari kamar yang menjadi saksi cinta kami selama sepuluh tahun ini. Kurenung langkahnya yang perlahan. Tidak sedikit pun abang menoleh kembali. Seolah-olah di dalam hati cinta kita sudah tidak bersisa lagi. Malam yang sunyi ini menjadi saksi akan hancurnya hati seorang wanita yang bergelar isteri. Kadangkala aku sendiri tidak yakin dengan dirimu abang.
Hanya kerana asmara yang singkat, abang lupa akan cinta yang sedekad waktu ini. Abang lupa di gerbang perkahwinan, susah senang kita bersama. Di saat adik-adik abang memerlukan wang untuk perbelanjaan sekolah, kita suami isteri menguis saki baki simpanan yang ada untuk membantu adik abang. Di saat-saat abang kemalangan yang nyaris meragut nyawa , siapa yang setia menemanimu siang dan malam?
Ingatkah abang akan janjimu ketika abang terselamat dari maut? Ketika Abang mengenggam jari Sayang dan Abang bisikan betapa abang bersyukur kerana diberi peluang kedua untuk bersama sayang. Betapa abang rasa hidup abang lebih lengkap kini kerana baru ketika ini abang tahu nilai kasih sayang yang abang takut abang sudah tidak mampu kecapi lagi. Selama 2 bulan, abang berulang-alik ke hospital untuk rawatan lanjutan. Selama itu , Sayang rasa bertuah kerana dapat berbakti padamu, Abang. Namun semuanya sudah tidak bermakna lagi buatmu. Sayang ikhlas membantu mu, Abang. Selama ini sayang ikhlas menjaga makan minummu. Sayang jujur dalam membina jambatan kasih kita.
Mungkin ada waktunya, sayang terleka dalam melaksana tanggungjawab isteri. Sayang sedar ada masanya sayang sendiri melukai hatimu. Dan Sayang hargai toleransimu.
Sesunguhnya toleransi dan kasih sayang abang adalah 2 perkaran yang sentiasa membuatkan hidup Sayang seunik-unik kehiudpan. Sayang bahagia. Dan kerana itu sayang tak meragui Abang. Tidak dalam secubit waktu pun. Tapi Sayang silap abang. Rupanya kasihmu layu juga. Sekali lagi air mataku gugur. Kurenung surat permohonan abang untuk menikah lagi. Kutatap perlahan-lahan permohonan yang masih kemas kugengam. Memang dalam hidup seorang isteri seperti Sayang, poligami adalah seperkara sayang takuti.


Sayang takut bila isteri abang dua ..kasih abang satu.
Dan Sayang takut jika kasih yang satu itu bukan milik Sayang lagi. Abang, malam ini abang mengaku akan hubungan yang selama ini tidak sayang ragui. Sayang ikhlas dengan bantuan abang. Sayang bangga kerana punya suami sepertimu abang. Suami yang bukan sahaja penyayang malah seoarng lelaki yang mudah simpati pada orang yang memerlukan. Dan dikala Farah yang waktu itu datang menangis- nangis kerana sudah tidak betah hidup terseksa bersama suaminya, kita bantu Farah dan anak-anaknya. Selama 3 bulan, kita suami isteri membantu Farah kenalan Sayang di Universiti dulu. Kita sediakan keselesaan untuk Farah anak- beranak di rumah sewa kita. Kita bantu Farah dengan menempatkan Farah di tempat Abang makan gaji. Dan Anak-anak Farah Sayang jaga di waktu siang.
Mungkin kerana ketidakhadiran cahaya mata dalam kamus hidup kita, Sayang menerima anak-anak Farah seperti anak sendiri. Selama 3
bulan itu Sayang bahagia kerana pertama kali dalam hidup sayang, Sayang dapat menjalani kehidupan seorang ibu. Di waktu Farah rasa terancam dengan ugutan suaminya, Sayang bangga abang berani melindungi Farah dan anak-anak. Betapa di kala itu, Abang bagaikan wira dahulukala. Di saat Farah merasai hidupnya musnah dirobek suaminya, Sayang beri Farah Harapan. Sayang tiupkan semangat. Segala-galanya demi nilai satu persahabatan. Tapi cermin persahabatan itu remuk
berderai.


Malah hati seorang wanita ini lebih terluka bila wanita yang menjadi dalang cinta kami adalah Farah. Sampai hatimu Farah, madu yang kami beri tapi racun yang kau balas.
Rupanya kasih sayang yang kucurahkan pada anak-anakmu kau balas dengan belaian manja pada suamiku. Apa dosaku padamu Farah? Kata orang bertepuk sebelah tangan
tak akan berbunyi. Mungkin salahnya datang dari suamiku tapi tak bolehkah kau fikirkan akan nilai persahabatan kita? Dan kerana persahabatan itu tak mampukah kau menolak suamiku jauh dari hidupmu? Tidak pernah dalam sekelumit aku waktu, kupinta darimu untuk melayan suamiku sebegitu rupa. Tidak Farah! Tidak. Tidakkah kau sedar kau masih isteri orang. Proses ceraimu masih belum sampai jauh talak. Kau masih isteri orang Farah.
Perlahan-lahan aku bangkit dari katil. Segera diriku yang kusut itu diperkemaskan. Tiada apa yang mampu kuucapkan lagi. Kukutip permohonan suamiku dari atas katil. Perlahan aku melangkah keluar dari bilikku. Di kala itu kulihat suami sedang leka dibuai perasaan. Di atas sofa empuk itu, Suamiku cuba memikirkan keserabutan hidup.
Kuhampiri suamiku. Di kala itu pandangan kami bertemu. Jika semalam, pasti ada gelora asmara cinta bila pandangan kita bertaut tapi malam ini……. pertama kali sayang rasakan pandangan kita kosong. Keruh sungguh wajahmu abang. Lembut Suamiku menarikku kesisi. “Abang… Sayang cuma mahu tahu seperkara darimu abang. Berterus- teranglah walaupun ianya paling pahit untuk diterima. Apa yang abanag cari pada Farah? Apa yang membuatkan Farah lebih bernilai dalam hidup Abang sekarang ?” Sakit hati ini bila kata-kata itu meluncur dari bibirku. Tidak dapat kubayangkan kekecewaan yang melanda.
Perlahan kuamati suamiku. Abang, walaupun hakikatnya kita belum bermadu, Sayang sudah merasakan peritnya kehilanganmu. “Abang berdosa padamu, Sayang. Dan Abang tak salahkan Sayang kerana membenci Abang. Cuma Abang rasa Farah perlu dilindungi. Dan Abang simpati pada Farah yang tak memiliki bahagia. ” Dalam saat- saat sebegini Farah masih dihatimu. “Tapi kenapa sampai ada keterlanjuran berlaku ?” “Abang lelaki punya keinginan .. punya kemahuan …” Walaupun payah, Abang masih memenangi dirimu. Abang.. Abang.. Aku mengeleng sendirian. Sayang semakin tidak mengenali dirimu kini. Air mata sudah makin murah untuk mengalir. Tapi Sayang akan kekal kuat. Sayang masih kekal kuat seperti dahulu. “Bagaimana halal dan Haram Abang ?” Aku masih cuba berlaku tenang. Aku kalau boleh mahu Suamiku sedar keterlanjuran yang berlaku. Suamiku terdiam. Dia semakin resah. “Abang dah bertaubat , Sayang. Dan kerana itu Abang mahu bertanggungjawab atas keterlanjuran kami.


” Mudah sungguh Abang membina alasan. Indah sungguh takrifan bertanggungjawab dan taubatmu. Aku tersenyum sendirian.
“Abang masih belum jawab soalan Sayang. Apa yang membuatkan Farah lebih bernilai dalam hidup Abang sekarang ?” Antara dengar dengan tidak aku cuba mendapatkan kepastian. “Farah.. Farah.. ” Suamiku resah. Kata-katanya mati. Ada nada-nada
ktidakpastian pada raut wajahnya.
Lembut kugenggam tangan suamiku. “Abang Sayang cuma mahukan kejujuranmu. .” Dengan isyarat mata aku cuba memberi keberanian pada suamiku untuk berlaku jujur denganku.
“Sayang.. Farah mampu menjadikan Abang…AYAH. .” Dan aku cuma tersenyum mendengar alasan suamiku. Seperti yang telah kuduga. Luruh hatiku mendengar alasannya. Dulu janjimu lain Abang tapi kini..
“Dulu , Sayang izinkan abang menikah lain tapi Abang menolak. Abang kata biar susah senang kita sehidup semati..hanya ajal memisahkan kita. Tak akan ada dua atau tiga dalam diri Abang.. ” “Sayang … itu dulu.. Abang juga mahukan anak. Hidup abang sepi Sayang tanpa Anak. Abang tahu sayang tak mampu.. Tapi Abang berkebolehan mendapatkan Anak. ” Aku semakin sakit mendengarnya. Abang hina kecacatan hidup ini. Abang ungkit kekurangan diri ini.
“Kalau anak yang abang mahu, Nikahlah Farah. Gauli farah setelah Farah Halal buatmu. ” Segera aku bangkit dari dudukku. Dengan kekuatan yang masih berbaki, ku pandang suamiku sebagai pandangan terakhir. Hati ku sudah terluka abang. Sayang boleh terima kalau abang pilih Farah sebagi madu Sayang tapi.. yang tak mampu Sayang terima ialah.. layanan haram Farah buat Abang dikala Sayang sedang menjaga anak-anaknya. Hancur hati ini Abang. Biarlah kisah cinta kita terkubur disini. Kuhulur salam terakhir buat suamiku. Kukucup suamiku dan kubisikkan padanya … “Tapi Abang… Sayang tidak mampu membuang hubungan haram abang dari kaca mata Sayang. Bebaskan Sayang.. ” Tersentak suamiku. “Nanti Sayang …” Suamiku menarikku hampir padanya. “Abang perlu bertanggungjawab terhadap Farah. Berikanlah Farah kebahagian yang ingin Abang berikan. Jadilah Abang, Ayah, sepertimana yang Abang impikan. Cuma.. Sayang tak mampu berkongsi kasih lebih-lebih lagi bila Sayang fikirkan hanya kerana 3 bulan perkenalan.. Abang lupakan Sayang. Hanya kerana 3 bulan pertemuan Abang musnahkan kepercayaan sayang dan Hanya kerana 3 bulan simpati Abang buang halal haram satu hubungan. Dan Sayang tak mahu anak-anak Sayang ada ayah seperti itu.. Maafkan Sayang,Abang. “ Perlahan-lahan aku melangkah pergi jauh dari suamiku. Tiada tolehan kedua buatnya. Tiada lagi simpati buatnya.


Yang ada cuma ….janin berusia 2 bulan yang menjadi lambang kasih kita. Itulah kebesaran tuhan, Abang.

Silahkan Tnggalkan Komentar Anda

 

Tentang saya

Easy Blog Trick

Twitter Blog Templates © Copyright by Catatan Bang Goeltom | Template by BloggerTemplates | Blog Trick at Blog-HowToTricks